AsriTadda.com
 

Kisah Dibalik Skandal Kacang Macadamia Pada Pesawat Korean Air Lines

Publik Korea Selatan dihebohkan oleh skandal kacang Macadamia pada sebuah pesawat Korean Air Lines pada Desember 2014 lalu.

Betapa tidak, hanya karena persoalan penyajian kacang yang tidak menggunakan piring, maskapai besar di Negeri Ginseng itu menjadi bulan-bulanan netizen.

Protes publik pun berkembang hingga berujung pada pemecatan wakil Presiden Direktur Korean Air, Heather Cho. Cho sendiri adalah puteri sang Presiden Direktur Korean Air Lines, Cho Yang-Ho.

Sebuah Pesawat Korean Air Lines Sedang Mengudara
Sebuah Pesawat Korean Air Lines Sedang Mengudara

Kejadian ini bermula ketika Heather Cho menumpangi kelas eksekutif (kabin kelas utama) pesawat Korean Air.

Sebagai wakil Presdir yang bertugas mengawasi layanan penerbangan di perusahaan tersebut, Cho mau memastikan standar layanan dijunjung tinggi oleh setiap awak kabin.

Salah satu standar layanan eksekutif di pesawat Korean Air adalah menyajikan kacang Macadamia di atas piring. Nah, ketika melakukan inspeksi tersebutlah, Cho ternyata menemukan fakta bahwa kacang Macadamia hanya disajikan dalam bungkusan plastik, bukan menggunakan piring.

Karena kesal atas layanan yang tidak mengindahkan SOP tersebut, maka Cho memarahi kepala awak kabin Park Chang-jin dan pramugari di depan umum. Dia meminta mereka berlutut lalu mengusirnya dari pesawat justru pada saat pesawat segera lepas landas.

Akibat ulah Cho sang Wakil Presdir inilah, pesawat Korean Air yang sudah di ujung landasan terpaksa kembali ke terminal keberangkatan untuk mengganti awak kabin sehingga harus terlambat terbang sampai 20 menit.

BACA JUGA:  Siapakah Calonmu untuk Pilkada?

Reaksi Publik dan Media Sosial

Peristiwa di atas pesawat Korean Air inilah yang akhirnya menjadi skandal setelah publik mengetahuinya. Para pengguna media sosial dan netizen kemudian melancarkan aksi protes dalam skala besar di Korea Selatan.

Sebagian besar menganggap tindakan Cho telah melampaui batas karena memaksa kelapa awak kabin Park Chang-jin dan sang pramugari “berlutut” di depannya.

Karena heboh di media sosial dan mendapat banyak kritik masyarakat, akhirnya sang Wakil Presiden Direktur Korean Air Heather Cho meminta maaf secara terbuka dan mengundurkan diri dari jabatannya di Korean Air, juga dari semua perusahaan yang terafiliasi dengan Korean Air.

Wakil Presdir Korean Air Heather Cho Meminta Maaf Kepada Publik
Wakil Presdir Korean Air Heather Cho Meminta Maaf Kepada Publik. (Foto: Reuters)

Sambil menundukkan badan, wanita berusia 40 tahun menghaturkan permintaan maaf sedalam-dalamnya kepada kepala awak kabin Park Chang-jin dan pramugari yang telah dimurkainya di depan para penumpang pesawat Korean Air tempo hari.

Cho juga mendatangi rumah Chang-jin dan pramugari yang tak disebutkan namanya untuk meminta maaf secara langsung. Hanya saja, baik Chang-jin maupun pramugari tersebut tidak ada di rumahnya. Cho kemudian menitipkan catatan permohonan maaf kepada kedua mantan anak buahnya itu.

Sebelumnya, dengan sangat heroik, sang ayah yang sekaligus merupakan Presiden Direktur Korean Air, Cho Yang-Ho, juga telah menyampaikan permohonan maaf ke publik. Ia mengatakan bahwa tindakan puterinya tersebut merupakan “tindakan bodoh” dan mengakui bahwa semua adalah tanggung jawabnya sebagai seorang ayah.

BACA JUGA:  Ramalan Paranormal Akan Jatuhnya Pesawat AirAsia QZ8501

Saya minta orang-orang untuk menyalahkan saya saja, karena semuanya ini salah saya … saya tidak mendidik putri saya dengan benar,” tegasnya.

Presiden Direktur Korean Air, Cho Yang-Ho ketika menyampaikan pernyataan pers Korean Air
Presiden Direktur Korean Air, Cho Yang-Ho ketika menyampaikan pernyataan pers Korean Air. (Foto: Reuters)

Sang Ayah juga memastikan Cho telah dipecat dari perusahaan Korean Air.

Putriku telah mengundurkan diri dari maskapai penerbangan itu. Perannya akan dicopot dari semua perusahaan-perusahaan yang terafiliasi,” ungkap Cho Yang-ho.

Di Korea Selatan, media sosial telah begitu memberikan pengaruh luar biasa dalam pengambilan kebijakan perusahaan atas kasus skandal kacang ini.

Apalagi kasus ini dianggap lebih sebagai perbuatan zalim seorang pemimpin terhadap bawahannya, sehingga melahirkan empati publik yang begitu besar kepada kepala awak kabin dan pramugari yang telah dimurkai oleh Cho.

Budaya Malu dan Tanggung Jawab

Terkait dengan resolusi skandal kacang ini, apa yang dilakukan oleh Heather Cho dalam kapasitasnya sebagai seorang wakil Presdir Korean Air sebenarnya patut diacungi jempol.

Sangat jarang mendapati pemimpin seperti Cho yang seketika akan “mundur dari jabatannya” bahkan ketika belum ada keputusan hukum yang mengikat.

Pun dengan yang dilakukan oleh ayahnya sendiri sebagai Presiden Direktur, pemimpin tertinggi di Korean Air.

Keputusan memecat anak sendiri dari jabatan bergengsi sekaligus mengakui semua kesalahan anaknya sebagai kesalahan dirinya sendiri sebagai seorang ayah, merupakan tindakan paling jantan yang bisa kita saksikan saat ini.

Jangan pernah bermimpi mendapati sosok seperti “Heather Cho” atau bahkan “Ayah Cho” yang lain di negeri kita, Indonesia.

BACA JUGA:  Berbuat Baiklah, Meskipun Kondisimu Sempit!

Pemimpin yang dengan gagah berani mengakui kesalahan yang telah diperbuat oleh bawahannya, atau bahkan oleh anaknya sendiri. Pejabat-pejabat di negeri ini malah melakukan kebalikannya bahkan ketika sudah divonis bersalah sekalipun!

Efek Samping Lainnya

Pada sisi lain, skandal kacang di Korean Air ini malah berhasil mendorong popularitas kacang Macadamia di Korea Selatan.

Jika sebelumnya kacang Macadamia tidak begitu dikenal, paska masifnya pemberitaan media massa dan peran media sosial, kini kacang Macadamia begitu populer di sana.

Kacang Macadamia di Korea Selatan
Inilah Rupa Kacang Macadamia yang Kini Populer di Korea Selatan

Pada Senin (15/12) lalu, unit pelelangan online milik eBay Auction di Korea Sealtan, mengatakan bahwa penjualan kacang Macadamia naik hampir 12 kali lipat dalam lima hari terakhir tanpa adanya promosi. Macadamia sebelumnya mencakup 5 persen dari penjualan kacang, namun sekarang menjadi hampir setengahnya.

Begitulah efek pemberitaan media yang diamplifikasi melalui media sosial. Hal yang sebenarnya kecil saja, tetapi setelah melalui proses pemberitaan dan menuai reaksi publik, justru bisa melahirkan dampak baru, bahkan untuk sektor-sektor lainnya.

Bukanlah hal mustahil kejadian yang sama terjadi di negeri kita, Indonesia. Apalagi jika melihat keadaan sosial ekonomi belakangan ini. Karena itu, jangan pernah remehkan peran media (+ media sosial) apalagi jika telah menyangkut masalah sosial kemanusiaan.

3 KOMENTAR

BERI TANGGAPAN

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *